Magazine Edisi Kesepuluh; BLU Deru Melaju Maju

Humas Unimal
Pimpinan Redaksi Magazine Universitas Malikussaleh: Teuku Kemal Fasya, M.Hum

Editorial

Energi dari Dalam

Kegiatan monitoring dan evaluasi Keterbukaan Informasi Publik (KIP) bagi Kementerian dan Lembaga dan Perguruan Tinggi Negeri oleh Komisi Informasi Pusat (KIP) yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo, 27 Juli 2023, benar-benar telah menjadi berkah tersembunyi.

Ada banyak bulir pembelajaran yang bisa dikutip. Ada banyak sinar penerang yang mengembangkan wawasan untuk melihat setiap sisi untuk mau berkembang dan berubah. Para peserta bukan saja dimanjakan dengan sajian kuliner dan keseniannya, tapi juga dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan harapan, terutama pada pengembangan informasi publik.

UNS bukan dipilih secara kebetulan. Ada moment of truth yang melatar belakanginya. Perguruan tinggi negeri yang terletak di jantung peradaban Jawa Tengah itu berdiri pada 1976. Secara biologis, UNS bisa dianggap sebagai kampus belia kalau dibandingkan dengan kampus-kampus sekitar seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Diponegoro (Undip),  Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), atau Universitas Negeri Semarang (Unnes). Namun kampus yang dipimpin Prof. Jamal Wiwoho ini mampu membuat loncatan tinggi, terutama pada aspek Keterbukaan Informasi Publik.

Perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki keterbukaan informasinya cukup revolusioner. Pada 2021, UNS hanya menjadi kampus dengan predikat “cukup informatif”. Artinya prestasinya masih biasa-biasa saja. Belum ada kesan mendalam untuk dipelajari.

Namun, hasil itu seperti memberikan pecut api. Rektor langsung memberikan atensi penuh dengan mengubah tim Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) dengan SK Rektor baru, memberikan insentif untuk melakukan inovasi, membayar profesional dengan honor terpisah, dan melakukan benchmarking ke kampus-kampus yang lebih dulu berpredikat informatif.

Hasilnya, hanya dalam satu tahun UNS melompat menjadi PTN informatif. Sebagai catatan, 149 PTN yang dinilai oleh KIP, hanya 23 PTN yang mendapat predikat informatif (15,4%), 12 PTN dengan predikat menuju informatif (8%), 4 PTN cukup informatif (2,6%), 8 PTN predikat kurang informatif (5,3%), dan predikat tidak informatif ada 100 PTN (67%). UNS juga berhasil meroket pada ranking Webometrics pada urutan tujuh nasional.

Artinya apa? Nothing is impossible! Perubahan sesungguhnya terjadi di dunia kehidupan dengan kerja keras (der Arbeit), karya (Herstellen), dan kebijakan (Handeln). Itu harus melampaui akrobat kata-kata.

Kerja keras akan menjadi irama yang membahagiakan jika tim kerja memiliki keterikatan. Ketika beraksi, maka yang diperlukan adalah kaum pretorian yang patuh pada pimpinan dan selalu berada di depan untuk menghela kaum perusak perubahan yang bereaksi. Siklus dan energi perubahan, seperti yang dilakukan oleh Prof Wiwoho, Prof Jasman Makruf (mantan Rektor UTU), Dr Wildan (Rektor ISBI Aceh) adalah memberikan reward kepada yang berprestasi dan punishment kepada yang tidak berprestasi.

Prinsip ini sebenarnya telah lama dikenal, yang disebut dengan asas meritokrasi. Namun dalam praktik dunia kehidupan, banyak orang lupa yang disebabkan perasaan tidak enak menghukum yang tidak bekerja dan lupa memberikan apresiasi kepada yang bekerja.

Dengan tagline-nya, “kampus inklusif dan pro-perubahan”, Unimal harus menggenggam makna filosofis yang sedang dianutnya secara penuh kesadaran. Arti inklusif, bukan saja pada akses tapi juga pada partisipasi dan juga kreasi. Kampus ini harus terbuka pada nilai-nilai baru sepanjang itu menjadi jalan untuk melalui zamannya dengan aman.

Perubahan juga berarti bukan asal berubah atau waton suloyo. Perubahan juga mengandung arti ada semangat zaman (Zeitgeist) yang berdialog dengan energi dari dalam. Prinsipnya adalah apa yang baik di luar cakrawala sana boleh diserap sepanjang sesuai dengan karakter dan jiwa kita sebagai penggeraknya. Pohon memerlukan udara dan matahari yang digunakan untuk memperbanyak buah dan mempercantik bunganya. Dasarnya adalah unsur tanah yang menancap di akar-akar pohon itu. Dia berdialektika, berfotosintesis, bermetamorfosis, dan bertransformasi.

Bangsa-bangsa besar tidak pernah menjadi copycat, peniru, penggugu, akhirnya ragu dan layu. Kampus-kampus besar juga harus dikembangkan dengan semangat petarung. Bersama ia siap menyerbu laksana Samurai. Sendiri pun ia siap menantang ala Ronin tanpa perisai.

 

Teuku Kemal Fasya

 

Versi Lengkap Edisi Kesepuluh dapat dilihat di sini


Lainnya di ARAH PERUBAHAN BARU