Soekarno or Kabo

SHARE:  

Humas Unimal

Pagi ini Kabo bermalas-malasan lagi seperti biasanya, entah cakap siapa lagi yang hendak ia dengar. Abah, Emak, dan para tetangga sudah capek menasihatinya. Kabo sudah dua tahun seperti  itu, ngakunya sih dia sangat mengidolakan Bapak Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno. Nyatanya dia hanya mengidolakan orangnya saja, sifat dan perilakunya tidak ia ikut sertakan untuk ditiru. Kalau ditanya mengapa dan apa penyebab ia bermalasan seperti ini, jawabnya selalu saja "Sudah takdir dari Maha Kuasa". Ting... betul-betul buat naik darah berdebat dengan Kabo.
 Seperti biasanya, Emak pagi-pagi sekali harus ke sawah menggarap lahan mereka yang tak terlalu luas. Sebelum berangkat, Emak berpesan agar Kabo membersihkan rumah selama Emak ke sawah. Makanan sudah disiapkan, tinggal dilahap saja. Abah sudah dua hari di kota menjenguk sanak saudara yang sedang sakit parah. Mungkin menjelang zuhur nanti Abah akan sampai ke kampung. 
 Dengan gesit Kabo menyapu setiap ruang dan sudut di rumah, atap-atap tak ketinggalan disapunya. Setelah menyapu Kabo mengepel. Rumah mereka memang tidak besar tetapi nyaman ditempati karena di sekelilingnya penuh pepohonan rindang. Berbagai jenis bunga ikut meramaikan pekarangan depan rumah, begitu indah dan sejuk dipandang mata. Tak heran para tetangga berdatangan sekadar menikmati pemandangan atau meminta Kabo mengajarkan mereka cara merawat tanaman agar menghasilkan bunga yang banyak


Edisi Lainnya